Saat P-O-X disonan



Setelah beberapa hari ini lembur ngerjain tugas sosial, berkutat dengan buku-buku sosial, setting-an otakku pun sepertinya juga sudah sangat sosial. Tidak hanya refleks-refleks ku saja yang selama seminggu lebih ini mengerjakan tugas makalah sosial, hingga folder file yang ku buka hanya itu-itu saja, sampai salah masukin file bahasa inggris ke sosial -_-“ . paling parah ya sampai semua hal yang dibicarakan aku kira tentang materi sosial ku itu. Hahaha. Sangat hang bukan.  Untung aja sekarang sudah agak normal, dan bisa terprogram kaya sebelumnya.
                                 
Setelah berhari-hari ditemani buku-buku sosial dengan teori kognitif dan atribusinya, teteplah beberapa teori itu tidak hanya melekat di otak ku saja, tetapi juga hingga ke hati. Saat ku renungkan lagi, keadaan ku ini , dan menganalisanya dengan teori P-O-X  Heider.
P = aku
O = dia (dirinya, tatapan dia, kepedulian dia, dan “fall for you”)
X = dia (yang membuatku sakit hati saat menatapnya lagi karena merasa terombang ambingkan akan perlakuannya)
Keadaan ku ini disonan karena P menyukai  O (sentimen positif = L = like) sementara sekarang aku bener-bener pingin ngelupain X karena P sebel banget ma X yang plin plan (sentimen negatif = DL = dislike).
Maka yang akan aku lakukan dari keadaan disonan yang sangat-sangat membuatku tidak nyaman ini adalah dengan membuatnya menjadi konsonan, alias seimbang , balance, dan ku harapkan bakalan membuatku nyaman. Aku ga mau melihat tatapannya lagi. Setiap melihatnya aku ingat waktu itu, mata yang meruntuhkanku, namun mata itu tak hanya melihat ku saja. Aku tak ingin tersiksa lagi karenannya, lebih tepatnya tersiksa karena sesuatu yang sama sekali ga pasti.


Langkah untuk menjadi konsonan :



  1. Yang pertama, membuatnya positif di seluruh sisinya. Aku harus menyukai dia terus. O M G. Sepertinya alternatif ini sangat tidak recommented.





2. Cara kedua merubah kognisiku dengan mengabaikan faktor X yang ada padanya, sepertinya sangat sulit. Jika O memang memberi ku hal pasti, aku bisa saja mengabaikan segala faktor X itu. Tapi ini, sama sekali tak pasti. Yang ada aku jadi makin galau. Parahnya malah jadi waham erotomania, tambah gawat kan. Cara ini ku coret dari daftar.



  



3. Tips berikutnya, mengubah kognisiku dari menyukai O menjadi membenci O. Ya sepertinya inilah yang sedang ku lakukan beberapa hari ini. Setelah beberapa lama aku berusaha benar-benar mendelete perasaan ini, tetap saja ada sisanya. Berarti, memang inilah cara yang terbaik. Semoga dengan aku membencinya, aku akan melukan O .


 


4. Tips terakhir, cadangan, mengakui kalo O memang punya sisi positif juga negatif seperti pada manusia umumnya. Sepertinya ini juga perlu aku pakai, dengan mengabaikan seluruh perasaan ku terhadapnya dan  memulai lagi dari awal sebagai teman. Walaupun ini sangaaaat sulit  tapi harus dicoba lagi .










Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI ATRIBUSI (1) : Teori Atribusi Harrold Kelley

Auto anamnesa dan Alo anamnesa