AUTISME (4) : Hambatan-hambatan anak autis
Anak penyandang autis dapat dibagi kedalam kelompok tertentu. Lorna Wing menuliskan dua
kelompok besar yang menjadi masalah pada anak autis yaitu:
1. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)
a.
Respon pada suara yang tidak biasa (unusually
responses to sounds).
Anak autis seperti orang tuli
karena mereka cenderung mengabaikan suara yang sangat keras dan tidak tergerak
sekalipun ada yang menjatuhkan benda di sampingnya. Anak autis dapat juga
sangat tertarik pada beberapa suara benda seperti suara bel, tetapi ada anak
autis yang sangat tergangu oleh suara-suara tertentu, sehingga ia akan menutup
telinganya.
b.
Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding
speech).
Anak autis tampak tidak
menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, tidak dapat mengikuti instruksi
verbal, mendengar peringatan atau paham apabila dirinya dimarahi (scolded).
Menjelang usia lima tahun banyak autis yang mengalami keterbatasan dalam
memahami pembicaraan.
c.
Kesulitan ketika bercakap-cakap (Difiltuties when
talking).
Beberapa anak autis tidak
pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan sedikit
kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang lain,
mereka memiliki kesulitan dalam menggunakan kata sambung, tidak dapat
menggunakan kata-kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide.
d.
Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor
pronunciation and voice control).
Beberapa anak autis memiliki
kesulitan dalam membedakan suara tertentu yang mereka dengar. Mereka
kebingungan dengan kata-kata yang hampir sama, memiliki kesulitan untuk
mengucapkan kata-kata yang sulit. Mereka biasanya memiliki kesulitan dalam
mengontrol kekerasan (loudness) suara.
e.
Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in
understanding things that are seen).
Beberapa anak autis sangat
sensitif terhadap cahaya yang sangat terang, seperti cahaya lampu kamera (blitz), anak autis mengenali orang atau
benda dengan gambaran mereka yang umum tanpa melihat detail yang tampak.
f.
Masalah dalam pemahaman gerak isyarat (problem in
understanding gesturs).
Anak autis memiliki masalah
dalam menggunakan bahasa komunikasi; seperti gerakan isarat, gerakan tubuh,
ekspresi wajah.
g.
Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch,
taste and smell).
Anak-anak autis menjelajahi
lingkungannya melalui indera peraba, perasa dan pembau mereka. Beberapa anak
autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.
h.
Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily
movement).
Ada gerakan-gerakan yang
dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak yang normal
seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan menyeringai.
i.
Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in
skilled movements).
Beberapa anak autis, ketika
berjalan nampak anggun, mampu memanjat dan seimbang seperti kucing, namun yang
lainnya lebih kaku dan berjalan seperti memiliki beberapa kesulitan dalam
keseimbangan dan biasanya mereka tidak menikmati memanjat. Mereka sangat kurang
dalam koordinasi dalam berjalan dan berlari atau sebaliknya.
2. Masalah gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional problems).
a.
Sikap menyendiri dan menarik diri (Aloofness and
withdrawal).
Banyak anak autis yang berperilaku
seolah-olah orang lain tidak ada. Anak autis tidak merespon ketika dipanggil
atau seperti tidak mendengar ketika ada orang yang berbicara padanya, ekspresi
mukanya kosong.
b.
Menentang perubahan (Resistance to change).
Banyak anak autis yang menuntut
pengulangan rutinitas yang sama. Beberapa anak autis memiliki rutinitas mereka
sendiri, seperti mengetuk-ngetuk kursi sebelum duduk, atau menempatkan objek
dalam garis yang panjang.
c.
Perilaku yang memalukan secara sosial (Socially
embarrassing behaviour).
Pemahaman anak autis terhadap
kata-kata terbatas dan secara umum tidak matang, mereka sering berperilaku
dalam cara yang kurang dapat diterima secara sosial. Anak-anak autis tidak malu
untuk berteriak di tempat umum atau berteriak dengan keras di senjang jalan.
d.
Ketakutan khusus (Special fears).
Anak autis tidak menyadari
bahaya yang sebenarnya, mungkin karena mereka tidak memahami kemungkinan konsekuensinya.
e.
Ketidakmampuan untuk bermain (Inability to play).
Banyak anak autis bermain
dengan air, pasir atau lumpur selam berjam-jam. Mereka tidak dapat bermain
pura-pura. Anak-anak autis kurang dalam bahasa dan imajinasi, mereka tidak
dapat bersama-sama dalam permainan dengan anak-anak yang lain.
Available at: http://library.usu.ac.id-download-fk-psikologi-elvi.pdf
[Accessed 1 March 2015].
Daftar Pustaka:
Yusuf,
E. A., 2003. USU Digital Library. [Online] Available at: http://library.usu.ac.id-download-fk-psikologi-elvi.pdf
[Accessed 1 March 2015].
Komentar
Posting Komentar