Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

ORIENTASI KOGNITIF (1): Teori kognitif (Krech & Crutchfiled)

Pembelajaran teori kognitif terkait dengan proses yang terjadi di dalam sistem otak dan saraf seseorang yang belajar. Mereka berbagi perspektif bahwa orang secara aktif memproses informasi dan pembelajaran terjadi melalui upaya peserta didik. Proses mental internal meliputi pemasukan, pengorganisasian, penyimpanan, pengambilan, dan penemuan hubungan antara informasi. Informasi baru ini terkait dengan pengetahuan lama, skema dan tulisan. Orientasi kognitif mempunyai konsep dasar yang mempelajari konsep, berpikir, dan membangun pengetahuan.

TEORI KEPRIBADIAN EDUART SPRANGER (6): Arti Teori Spranger

Teori Spranger walaupun memiliki banyak kelemahan, tetapi pada kenyataannya  memiliki pengaruh yang besar. Banyak ahli yang mengambil konsep Spranger sebgai bahan penyusun konsepsinya. Pengaruh itu tidak hanya dalam lapangan psikologi kepribadian saja, tetapi juga meluas ke lapangan psikologi lain, spertu lapangan psikologi pendidikan dan lapangan psikologi pemuda.

TEORI KEPRIBADIAN EDUART SPRANGER (5): Tipologi Spranger

    Tipologi Spranger 1.       Enam Tipe manusia Roh subjektif pada masing – masing individu terbentuk dan berkembang oleh pengaruh – pengaruh dasar, pendidikan dan lingkungan dengan berpedoman pada roh objektif sebagai cita – cita yang harus dicapai. Walaupun roh subjektif mengandung keenam nilai kebudayaan, tetapi sering kali hanya ada salah satu nilai saja yang dominan. Nilai yang dominan inilah yang akhirnya memberi corak pada kepribadiannya.

TEORI KEPRIBADIAN EDUART SPRANGER (4): Lapangan – Lapangan Hidup

3.     Lapangan – Lapangan Hidup Spranger memandang kebudayaan sebagai kumpulan dari nilai – nilai kebudayaan yang tersusun dan diatur menurut struktur tertentu.  Sehingga kebudayaan sebagai sistem atau struktur nilai ini dikelompokkan menjadi enam lapangan nilai (Wertegebieten). Keenam lapangan hidup ini masih dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu :

TEORI KEPRIBADIAN EDUART SPRANGER (3): Hubungan antara Roh Subjektif dan Roh Objektif

Roh subjektif dan roh objektif memiliki hubungan timbal balik. Roh subjektif atau roh individual yang mengandung nilai – nilai yang terdapat pada setiap individu. Roh subjektif dapat dibentuk dengan acuan dari roh objektif. Artinya roh subjektif itu terbentuk dan berkembang dengan mengacu pada roh objektif, karena roh objektif adalah suatu norma atau kebudayaan yang telah mendapat pengakuan sebagai hal – hal yang bernilai dan diberi kedudukan tertinggi, di atas roh individual.

TEORI KEPRIBADIAN EDUART SPRANGER (2): Dua Macam Roh (Gest)

Pokok – pokok pikiran Spranger mengenai kepribadian manusia singkatnya adalah sebagai yang diungkapkan berikut ini. 1.       Dua Macam Roh (Gest) a.          Roh subyektif atau roh individual Roh yang ada pada setiap manusia (individual). Roh individual ini merupakan struktur yang bertujuan.

TEORI KEPRIBADIAN EDUART SPRANGER (1)

Gambar
Eduard Spranger  adalah seorang filsuf dari Jerman dan juga seorang psikolog.Beliau menjadi  guru besar Ilmu Filsafat dan Ilmu Pendidikan di Universitas – Universitas : Leipzig, Berlin, Tubingen Spranger lahir di Berlin pada tanggal 27 Juni 1882 dan meninggal di Tubingen pada tanggal 17 September 1963.  Beliau adalah seorang mahasiswa dari  Wilhelm Dilthey  dan juga seorang tokoh utama aliran psikologi yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan kerohanian (Geisteswissenschaftliche Psychologie). Karya utamanya yang mempersoalkan kepribadian manusia adalah Lebensformen, Geisteswissenschaftliche Psychologie und Ethik der Personlichkeit.

Apa itu teori?

Teori adalah pernyataan-pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integrative yang berfungsi sebagai acuan saat harus menyebutkan/mendeskripsikan, saat membuat prediksi dan saat  menjelaskan sebuah fenomena atau sebuah perilaku yang muncul. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi dari teori adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi.

Kenapa mempelajari psikologi perkembangan (Developmental Psychology)?

Mempelajari psikologi perkembangan karena: §   Akan membimbing dan mengasuh anak-anak atau secara lebih luas ada keinginan untuk membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang akan dialami oleh generasi selanjutnya.

Apa itu psikologi perkembangan (Developmental Psychology)?

§   Satu cabang dari psikologi yang ditujukan untuk memahami semua perubahan yang terkait dengan pertambahan usia yang dialami oleh manusia sepanjang rentang kehidupannya. Ø   Dikatakan "Cabang dari ilmu psikologi", karena psikologi memiliki berbagai cabang lain yang mempelajari tentang manusia §   Satu bidang dari psikologi yang fokus pada perkembangan sepanjang rentang kehidupan.

Apa itu perkembangan manusia (Human Development)?

Human Development adalah : §   Sebuah studi ilmiah yang mempelajari proses bagaimana individu mengalamai perubahan sekaligus melihat bagaimana individu tidak berubah. §   Sebuah bidang studi yang bersifat interdisipliner yang ditujukan untuk memahami semua perubahan yang dialami oleh manusia selama rentang masa kehidupannya. (Berk, 1994)

Metode mengumpulkan data mengenai perkembangan anak

Metode mengumpulkan data mengenai perkembangan anak meliputi : 1.       Observasi (observation menthod) Suatu metode penelitian dengan cara mengamati secara langsung terhadap semua atau sebagian aspek perkembangan perilaku tertentu pada individu dalam jangka waktu tertentu pula. Penelitian ini dapat menggunakan cara penglihatan mata, pendengaran,perabaan yang dilakukan di alam terbuka (out-door)maupun ruangan tertutup(laboratorium). Untuk dapat melihat hasil

KONFORMITAS (8): Bentuk-Bentuk Perilaku Konformitas

Menurut Myers(2012) di dalam konformitas terdapat 2 bentuk perilaku konformitas: 1.            Compliance (Pemenuhan) Compliance merupakan konformitas dimana seseorang menerima pengaruh sosial yang dibentuk akibat tekanan sosial meskipun secara pribadi sebenarnya tidak menyetujuinya. Seseorang mematuhi terutama untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman

KONFORMITAS (7): Prediktor Utama Konformitas

Menurut Myers(2012), dalam pencarian terhadap orang yang gemar menyamakan diri, para peneliti telah berfokus pada tiga prediktor utama, yaitu : 1.     Kepribadian Menurut Epstein(1980); Rushton &dkk(1983), meskipun faktor internal(sikap,sifat) jarang memprediksi suatu tindakan tertentu secara tepat, mereka lebih baik dalam memprediksi perilaku rata-rata seseorang dalam berbagai situasi(dalam Myers,2012,h.290). Kepribadian juga memprediksi perilaku lebih baik kerika pengaruh sosial lemah.

KONFORMITAS (6): Penyebab tidak terjadinya konformitas

Adapun Faktor yang menyebabkan tidak terjadinya konformitas menurut Baron & Byrne (2005,h.65-66) yaitu: 1.       Keinginan untuk individualis, yaitu kebutuhan untuk menjadi berbeda dari orang lain dalam beberapa hal. Seperti saat seseorang cenderung tetap menyukai musik Indonesia, meskipun sedang marak K-POP. Ia lebih memilih untuk menjadi berbeda dari orang lain.

KONFORMITAS (5) : Dasar-dasar Konformitas

Menurut Baron dan Byrne (2005) untuk dapat mengerti mengapa seseorang bisa konform terhadap kelompok disebabkan oleh: 1. Pengaruh sosial normatif. Sumber konformitas yang dikenal dengan pengaruh sosial normatif ( normative social influence ), yaitu pengaruh sosial yang meliputi perubahan tingkah laku kita untuk memenuhi harapan orang lain. Jika kecenderungan kita untuk melakukan konformitas terhadap norma sosial berakar, paling tidak sebagian, pada keinginan kita untuk disukai dan diterima oleh orang lain, maka masuk akal jika apapun yang dapat meningkatkan rasa takut kita akan penolakan oleh orang-orang ini juga akan meningkatkan konformitas kita(Baron&Byrne,2005,h.62).

KONFORMITAS (4): Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas menurut Baron & Byrne

Baron & Byrne (2005) mengungkapkan 3 faktor yang mempengaruhi konformitas: 1.     Kohesivitas ( cohesiveness ) Kohesivitas didefinisikan sebagai derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi—ketika kita suka dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu—tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar(Baron&Byrne, 2005,h.57).

KONFORMITAS (3): Faktor yang mempengaruhi konformitas Menurut Myers

Menurut Myers(2012) berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas: 1.       Ukuran Kelompok Asch,Gerard,Wilhelmy, dan Conolley menemukan bahwa tiga sampai lima orang akan meningkatkan konformitas dibandingkan hanya sendiri atau berdua(dalam Myers,2012,h.278). Penelitian lain menemukan bahwa konformitas cenderung meningkat dengan ukuran kelompok sebesar delapan anggota atau lebih(Baron & Byrne, 2005,h.57).

KONFORMITAS (2): Remaja dan Konformitas

Masa Remaja( adolescence ) merupakan peralihan masa perkembangan sejak usia sekitar 10-11, atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal, melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial yang berkaitan(Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Salah satu tugas perkembangan masa remaja yaiu berhubungan dengan penyesuaian sosial. Hal terpenting dan tersulit adalah penyesuian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan (E.B Hurlock, 1999,h.213). Menurut Baron dan Byrne konformitas remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan yang menunjukkan

Teori Psikologi Sosial : Orientasi Kognitif

Semua pendekatan kognitif menekankan bagaimana informasi diproses. Ada beberapa upaya awal untuk mengatur teori kognitif pada tahun 1900-an, tetapi ini telah dirampas oleh karya behavioris yang dilakukan pada saat itu. Tidak sampai bertahun-tahun setelah Perang Dunia II teori kognitif memulai untuk menemukan kekuatan mereka. Para Psikolog Gestalt adalah yang pertama menantang pandangan behavioris. Mereka mengkritik behaviorisme pada kecenderungan reduksionistik, dan merasa sudah terlalu tergantung pada perilaku eksternal untuk menjelaskan pembelajaran. Pada pertengahan abad kedua puluh, Teori Gestalt dan pekerjaan Wertheimer, Kohler, Koffka, dan Lewin memberikan kompetisi pada behaviorisme sebagai teori yang diterima pada teori pembelajaran.

KONFORMITAS (1) : Pengertiaan Konformitas

Baron dan Byrne mendefinisikan konformitas sebagi suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada (2005, h.53). David G.Myers menyebutkan bahwa konformitas ( conformity ) adalah perubahan perubahan atau kepercayaab agar selaras dengan orang lain (2012, h.252). John W.Santrock berpendapat bahwa konformitas ( conformity ) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (2003, h.221).

Teori Manajemen Teror

Teori Manajemen Teror (TMT), dalam psikologi sosial , menyatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar didorong oleh rasa takut kematian. Becker berpendapat semua tindakan manusia diambil untuk mengabaikan atau menghindari kematian meskipun tidak dapat terelakkan. Oleh karena itu seseorang akan menghabiskan hidup mereka menciptakan dan percaya unsur-unsur budaya yang menggambarkan bagaimana membuat diri mereka menonjol sebagai individu dan memberi arti dan makna hidup mereka. Kematian menciptakan kecemasan pada manusia, menyerang pada saat-saat yang tak terduga dan acak, dan sifatnya yang tak dapat diketahui, menyebabkan orang untuk mencari penjelasan, pencegah, dan penghindaran kematian itu sendiri.