Teori Psikologi Sosial : Orientasi Kognitif
Semua pendekatan
kognitif menekankan bagaimana informasi diproses. Ada beberapa upaya awal untuk
mengatur teori kognitif pada tahun 1900-an, tetapi ini telah dirampas oleh
karya behavioris yang dilakukan pada saat itu. Tidak sampai bertahun-tahun
setelah Perang Dunia II teori kognitif memulai untuk menemukan kekuatan mereka.
Para Psikolog Gestalt adalah yang pertama menantang pandangan behavioris. Mereka
mengkritik behaviorisme pada kecenderungan reduksionistik, dan merasa sudah
terlalu tergantung pada perilaku eksternal untuk menjelaskan pembelajaran. Pada
pertengahan abad kedua puluh, Teori Gestalt dan pekerjaan Wertheimer, Kohler,
Koffka, dan Lewin memberikan kompetisi pada behaviorisme sebagai teori yang
diterima pada teori pembelajaran.
Teori belajar Gestalt
menekankan pada persepsi, wawasan, dan pengetahuan sebagai elemen kunci dari
belajar. Individu dipandang sebagai organisme persepsi, yang diorganisir,
diinterpretasikan, dan diberi pengertian pada peristiwa yang dilanggar atas
kesadarannya. Memberi rasa pada kejadian dan fenomena adalah sebuah penggerak
atau pengarah konsep. Pelajar memberikan makna pada sesuatu yang mereka
pikirkan. Untuk Gestaltists, individualitas peserta didik dan proses mental
internalnya adalah yang terpenting. Jean Piaget dipengaruhi oleh behavioris dan
sekolah Gestalt, dan mengusulkan bahwa struktur internal kognitif seseorang
berubah akibat dari perubahan perkembangan dalam sistem saraf dan sebagai
akibat dari terkena berbagai pengalaman dan lingkungan sekitar mereka.
Penelitian kontemporer
pada teori belajar kognitif berfokus pada prosesi informasi, memori,
metakognisi, teori transfer, simulasi komputer, kecerdasan buatan, model
pembelajaran matematika, Ausubel, Bruner, Gagne dan diklasifikasikan sebagai
teori kognitif kontemporer. Masing-masing teori menekankan perbedaan aspek dari
fungsi kognitif pada konteks perorangan dan kelompok. Teori kognitif cukup
beragam, tetapi semua disatukan dengan pentingnya proses mental internal
pelajar . Ketiga perintis teori kognitif, Bruner, Gagne dan Ausubel berbagi ide
umum juga. Mereka tidak menekankan perspektif perkembangan, seperti yang Piaget
lakukan. Ketiga teori tersebut hanya sementara, mereka melakukan
pekerjaannya pada tahun 1960-an dan
1970-an. Kemudian, masing-masing diakui sebagai penemu di bidangnya.
Meskipun
Ausubel, Bruner dan Gagne masing-masing mengambil perspektif yang berbeda pada
pembelajaran, masing-masing telah memberikan sumbangan yang penting terhadap
keseluruhan model dari pembelajaran manusia. Ausubel dianggap sangat
berpengaruh pada pembelajaran dan disebut sebagai "penyelenggara
lanjutan". Para behavioris tidak menganggap pentingnya pembelajaran
sebelumnya. Bruner bekerja pada kategorisasi atau pengelompokan dan pembentukan
konsep model tentang bagaimana pelajar
sehingga memperoleh informasi dari lingkungan. Gagne melihat peristiwa
pembelajaran dan pengajaran sebagai rangkaian fase, menggunakan langkah-langkah
kognitif coding, menyimpan, mengambil dan mentransfer informasi.
A.
Konsep Dasar Dari Orientasi Kognitif
Pembelajaran
teori kognitif terkait dengan proses yang terjadi di dalam sistem otak dan
saraf seseorang yang belajar. Mereka berbagi perspektif bahwa orang secara
aktif memproses informasi dan pembelajaran terjadi melalui upaya peserta didik.
Proses mental internal meliputi pemasukan, pengorganisasian, penyimpanan,
pengambilan, dan penemuan hubungan antara informasi. Informasi baru ini terkait
dengan pengetahuan lama, skema dan tulisan. Orientasi kognitif mempunyai konsep
dasar yang mempelajari konsep, berpikir, dan membangun pengetahuan.
1. Teori
kognitif (Krech & Crutchfiled)
Teori ini mengungkapkan bahwa tingkah laku manusia
adalah aktif; dunia sosial digambarkan sebagai lingkungan yang dipersepsikan
oleh orang bersangkutan; merupakan re-organisasi kognitif yang mencakup
belajar, berpikir, pemecahan masalah, lupa dan perubahan psikologik; dan adanya
perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh kapasitas biologi dari
individu, prinsip-prinsip organisasi, kondisi yang menghasilkan struktur asli,
kebutuhan dan emosi.
Teori
konsistensi kognitif berpijak pada kognisi yang berupa pengetahuan dan
kesadaran yang tidak konsisten dengan kognisi-kognisi lain menimbulkan kondisi
yang tidak menyenangkan sehingga menimbulkan tingkah laku untuk menyeimbangkan
atau berusaha konsisten dengan kognisi. Saat anda melihat seorang pria dengan
segala usaha sedang menyebrangi sungai , dalam diri anda terjadi
ketidakkonsistesan dengan pengetahuan anda. Anda berpikir, apakah pria ini
dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan? Untuk menyeimbangkan kognisi anda,
maka anda mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan pria ini
melalui pengamatan. Ketika anda tahu bahwa pria ini tidak dalam kesulitan dan
sengaja menyeberang sungai untuk mengawal kayu-kayu yang dia telah kumpulkan,
maka dalam diri anda terjadi keseimbangan kognisi dan kondisi anda menjadi merasa
nyaman.
a. Teori
P-O-X
Teori Heider, teori yang pertama dalam
bidang ini sehingga banyak dijadikan dasar oleh teori lainnya. Teori ini
berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang (P) terhadap orang lain (O)
dan hal yang lain (X) yang ada kaitanya dengan O, X dalam hal ini tidak hanya
berupa benda mati,tetapi bisa berupa orang lain. Ketiga hal tersebut membentuk
suatu kesatuan.
1)
Hubungan Antara P,O, dan X
Menurut Heider ada dua jenis hubungan
dalam sistem P-O-X:
a) Hubungan
unit yang terdiri dari :
Ø tipe
U → dua unsur dipandang
sebagai saling memiliki.
Ø tipe
bukan U → unsur-unsur tersebut tidak
saling memiliki.
Contoh, jika P menyukai O dan tidak
menyukai X maka persoalan keseimbangan tidak akan timbul selama O dan X
dipandang sebagai hal-hal yang terpisah satu sama lain. Namun, kalau hubungan O
dan X saling memiliki timbullah perasaan seimbang dalam diri P. Sebaliknya,
kalau O dan X saling berhubungan, tetapi tidak saling memiliki maka muncul
keadaan yang tidak seimbang dalam struktu kognitif P.
b) Hubungan
sentimen, yang bersifat :
Ø Positif
(L)
Ø Negatif
(DL)
Hubungan sentimen dalam pihak lain
adalah penilaian seseorang terhadap sesuatu. Hubungan sentimen ini ditandai
dengan menyukai, memuja, menyetujui, menolak, tidak mencela, mengejek, dan
sebagainya. Jika penilaian itu positif, maka simbolnya adalah L, sedangkan jika
penilaian itu negative, maka simbolnya adalah DL.
2)
Keadaan Seimbang dan Tidak Seimbang
Keadaan seimbang adalah keadaan dimana
unsur-unsur saling berhubungan satu sama lain secara harmonis dan tidak ada
tekanan untuk berubah. Hubungan seimbang terjadi bilamana hubungan antar kedua
unsur itu semua positif atau semua negatif. Dalam hubungan tiga pihak keadaan
seimbang terjadi jika ketiga hubungan yang ada semuanya positif atau dua
negatif dan satu positif. Jika ketiga hubungan negatif, maka situasinya
meragukan (Perhatikan: semua situasi dilihat dari sudut P; keadaan seimbang
atau tidak seimbang yaitu pada sistem kognisi P).
Contoh:
Hubungan dua pihak:
1) P
memiliki X dan P menyukai X, terjadi keadaan seimbang (kedua hubungan positif).
Contoh
: Ryan menikah dengan Dian, dan Ryan menyukai Dian, maka timbul perasaan
seimbang dalam diri Ryan.
2) P
memiliki X (hubungan positif), tetapi P tidak menyukai X (hubungan negatif),
terjadi keadaan tidak seimbang.
Contoh
: Dion bertunangan dengan Eva, tetapi Dion tidak menyukai Eva, maka timbul
perasaan tidak seimbang dalam diri Dion.
Hubungan
tiga pihak:
1) P
menyukai O (hubungan L) dan P menyukai X (hubungan L), sedangkan O menghasilkan
X (hubungan U), maka terjadi keadaan seimbang karena ketiga hubungan positif.
Contoh
: Nova menyukai grup band Noah dan Nova menyukai lagu-lagu Noah, maka terjadi
keadaan seimbang dalam diri Nova.
2) P
tidak menyukai O maupun X (hubungan DL/negatif) sedangkan O menghasilkan X
(hubungan U/positif), maka keadaan seimbang karena ada dua hubungan negatif dan
satu positif.
Contoh
: Timi tidak menyukai Kangen band maupun lagu-lagunya, maka dalam diri Timi
timbul perasaan seimbang.
3) Kalau
P menyukai O padahal ia tidak menyukai X dan X adalah hasil dari O maka keadaan
tidak seimbang.
Contoh
: Steven suka menonton pertandingan sepak bola secara langsung di stadion,
tetapi ia tidak menyukai tawuran yang terkadang terjadi saat pertandingan. Maka
dalam diri Steven terjadi ketidakseimbangan.
Konsekuensi-konsekuensi dari
kecenderungan menuju keseimbangan :
a. Keadaan
seimbang pada umumnya labih disukai daripada tidak seimbang, walaupun
kadang-kadang keadaan tidak seimbang bisa juga menyenangkan (contoh : menonton
sulap, memecahkan teka-teki)
b. Keadaan
seimbang menyebabkan P menginduksikan hubungan-hubungan lain , contoh :
±
P berhubungan dengan O, induksinya P
menyukai O.
±
P memiliki X, artinya P menyukai X.
±
P menyukai O, artinya p akan berhubungan
dengan O.
c. Keadaan
tidak seimbang menimbulakn desakan untuk mengubah hubungan-hubungan kognitif,
baik hubungan unit maupun hubungan sentimen.
Contoh
: Mita membaca sebuah puisi di mading, kemudian menyukainya (hubungan L),
tetapi kemudian ia mengetahui bahwa yang penulis puisi tersebut (hubungan U)
adalah Siska yang dibencinya (hubungan DL). Keputusan Mita selanjutnya adalah
salah satu dari kemungkinan-kemungkinan berikut :
±
Mita menganggap bahwa puisi tersebut
sama sekali tidak bagus (dari L ke DL)
±
Mita menganggap jika Siska baik juga
(dari DL ke L)
±
Mita menganggap bahwa mungkin Siska
mengaku-ngaku penulis. Penulis yang sebenarnya bukan Siska (dari U ke bukan U).
Selain tiga cara diatas, dapat pula
dengan cara mendiferensiasikan (memecah-mecah) Siska (O) ke dalam beberapa
bagian. Sebagian menyenangkan (Siska sebagai penulis) dan ssebagian tidak
menyenagkan (Siska sebagai teman).
b. Sistem A-B-X
Sistem ini di kemukakan oleh Newcomb.
Teori Newcomb tidak berbeda dari teori P-O-X dari heider. Akan tetapi newcomb
menambahkan faktor komunikasi atar individu dan hubungan dengan kelompok.
Komunikasilah yang memungkinkan orang untuk saling berorientasi atau
bersama-sama berorientasi kepada suatu objek. Tindakan Komunikatif yang paling
sederhana adalah seseorang (A) menyampaikan informasi kepada orang lain (B)
tentang sesuatu (X).
Menurut Newcomb ada dua macam sistem
orientasi, yaitu:
Ø sistem
individual (dalam diri sendiri).
Ø sistem
kelompok (menyangkut hubungan-hubungan antar individu).
Kedua sistem di atas minimalnya
memerlukan komponen-komponen sebagai berikut:
1)
Sikap A terhadap X
2)
Atraksi A terhadap B
3)
Sikap B terhadap X
4)
Atraksi B terhadap A
Ada
dua macam sikap, yaitu menyukai (favourable),
dan tidak menyukai (unfavourable),
sedangkan atraksi dibedakan menjadi dua bagian , positif dan negatif. Dengan
demikian A dan B memiliki sikap:
-
Yang sama terhadap X (keduanya menyukai
atau tidak menyukai)
-
Yang berbeda terhadap X (yang satu
menyukai dan yang satu tidak)
Hal
sama terjadi pada atraksi. Jika sikap dan atraksi dari A dan B sama, terjadilah
keadaan simetris. Jika tidak, terjadilah keadaan asimetris.
Model ABX
Newcomb
|
Model Newcomb melibatkan tiga unsur, yaitu A dan B yang mewakili dua orang individu yang berinteraksi, dan X sebagai hal yang dibicarakan.
Contoh kasus sistem kelompok:
Konser Lady Gaga yang akan digelar pada
bulan Juni lalu banyak masyarakat yang setuju dan tidak (mengharamkan), pada
kasus ini kita bisa menggunakan teori ABX Newcomb. Dimana X adalah konser Lady
Gaga , A adalah masyarakat yang setuju dengan adanya konser tersebut dan B
adalah masyarakat yang tidak setuju (mengharamkan). Disini timbul sedikit
konflik yang terjadi antara masyarakat yang memiliki perbedaan pendapat. Ini
mengharuskan pihak-pihak tersebut mencari kesepakatan, maka salah satu pihak
akan berkomunikasi dengan pihak lain mengenai hal positif dari konser tersebut
sehingga dapat mengubah pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan.
Simetri memiliki manfaat. Manfaat
simetri ini adalah sebagai berikut:
1) Memungkinkan seseorang untuk
memprediksi tingkah laku orang lain. Jika A dan B memiliki orientasi yang sama
tentang X, maka A dan B dengan mudah dapat menyesuaikan orientasinya.
2) Jika A dan B memiliki sikap yang sama
terhadap X, maka A dan B akan lebih yakin pada orientasinya sendiri kepada X.
Asimetri mengakibatkan ketegangan
(tension) yang mendorong tingkah laku menuju simetri. Kadar arus menuju simetri
bisa rendah dan bisa tinggi tergantung dari beberapa faktor:
1)
Tingkat perbedaan sikap antara A dan B.
2)
Tanda (+/-) dan tingkat atraksi A dan B.
3)
Tingkat pentingnya X (objek komunikasi).
4)
Keyakinan pada orientasi diri masing-masing.
5)
Relevansi X terhadap sistem.
c. Teori
Disonansi Kognitif
Disosansi kognitif didefinisikan sebagai
dua elemen dikatakan ada hubungan yang disonan jika (dengan hanya memperhatikan
dua elemen itu saja) terjadi suatu penyangkalan dari satu elemen yang diikuti
oleh atau mengikuti suatu elemen yang lain. Contoh : jika seseorang berdada di
bawah hujan, seharusnya dia kebasahan. Tetapi jika orang yang berdiri di bawah
hujan (satu elemen) tidak basah (pengangkatan elemen yang kedua), maka terjadi
hubungan disonan.
Inti dari teori ini adalah antara
elemen-elemen kognitif mungkin terjadi hubungan yang tidak pas yang menimbulkan
disonansi ( kejanggalan ) kognitif ; disonansi kognitif menimbulkan desakan
untuk mengurangi disonansi tesebut dan menghindari peningkatanya; hasil dari
desakan itu terwujud dalam perubahan pada kognisi,perubahan tingkah laku dan
menghadapakan diri pada beberapa informasi dan pendapat baru yang sudah
diseleksi terlebih dahulu.
Menurut
Festinger disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber berikut :
1. Inkonsisten
logis. Contoh : keyakinan bahwa air membeku pada suhu 00C, secara
logis tidak konsisten dengan keyakinan bahwa es balok tidak akan mencair pada
400C.
2. Nilai-nilai
budaya. Kebudayaan sering kali menentukan apa yang disonan dan konsonan. Contoh
: makan dengan tangan di restoran mewah menimbulkan disonan, tetapi makan di
warteg dengan tangan dirasakan hal umum.
3. Pendapat
umum. Disonansi dapat terjadi karena suatu pendapat yang dianut orang banyak
dipaksakan pada pendapat individu. Contoh : seorang remaja akhir senang
menonton Dora the Exploler, hal tersebut menimbulkan disonansi karena pendapat
umum Dora hanya merupakan kegemaran anak-anak.
4. Pengalaman
masa lalu. Contoh: makan jengkol, tetapi tidak bau. Keadaan ini disonan karena
tidak sesuai dengan masa lalu, dimana jengkol dapat menyebabkan bau kurang
sedap.
Konsekuensi-konsekuensi
Disonansi
1. Pengurangan
disonansi dapat melalui tiga kemungkinan:
a. Mengubah
elemen tingkah laku
b. Mengubah
elemen kognitif lingkungan
c. Menambah
elemen kognitif baru
2. Penghindaran disonansi
Adanya disonansi selalu menimbulkan dorangan
untuk menghindari disonansi tersebut. Dalam hubungan ini caranya adlah dengan
menambah informasi baru yang diharapkan dapat menambah dukungan terhadap
pendapat orang yang bersangkutan atau menambah perbendaharaan elemen kognitif
dalam diri orang yang bersangkutan. Penambahan elemen baru ini harus sangat
selektif, yaitu hanya mencarinya pada orang-orang yang diperkirakan dapat
memberi dukungan dan menghindari orang-orang yang pandangannya berbeda.
Cara-cara
untuk mengurangi Disonansi :
a. Mengubah
Pendapat sendiri.
b. Mempengaruhi
orang-orang yang tidak setuju agar mengubah pendapat mereka.
c. Membuat
mereka yang tidak setuju tidak sebanding dengan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo, 2003, Psikologi
Sosial, Yogyakarta: ANDI
Sarwono, Sarlito W., 2010, Teori-teori
Psikologi Sosial, Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar