POLA ASUH DEMOKRATIS (3) : Proses Terjadinya Persepsi Pola Asuh Demokratis
Walgito (2002)
mengemukakan bahwa tahapan persepsi ada empat yaitu:
a. Proses
fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
Stimulus yang dimaksudkan berupa perlakuan orangtua yang demokratis terhadap
anak yaitu memberi
kebebasan pada anak amun tetap apda batasan-batasan
tertentu, tetap memberi pengawasan dan menuntut tanggung jawab, orangtua tegas
namun tetap hangat. Stimulus ini yang ditangkap oleh alat indra anak melalui
penglihatan dan pendengaran.
b. Proses
fisiologis, yaitu diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor ke otak
melalui syaraf-syaraf sensorik. Pola pengasuhan atau perlakuan orangtua yang
ditangkap oleh alat indra anak kemudian di terima oleh reseptor melalui
syaraf-syaraf otak.
c. Proses
psikologis, yaitu proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang
diterima resepstornya. Pada proses ini anak mulai menyadari hal-hal mengenai
pola asuh orangtua yang demokratis, mulai memikirkan hal apa saja yang orangtua
lakukan kepada mereka.
d. Hasil
dari proses persepsi, yaitu berupa tanggapan dan perilaku. Terdiri dari
tanggapan positif dan negatif. Apabila anak menangkapkanya dengan positif maka
sikap dan perilaku positif pula seperti menerima respon orangtua dengan baik
dan apabila sebaliknya maka akan cenderung melawan pada orangtua.
Persepsi
terhadap pola asuh orangtua demokratis adalah suatu proses kognitif yang
kompleks bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi, pengalaman-pengalaman, dan respon yang berkenaan
dengan pola asuh orangtua yang demokratis. Orangtua membuat aturan bersama
dengan anak, bersikap terbuka, anak diberi kebebasan untuk mengemukakan
pendapat, perasaan dan keinginan namun tetap memberi pengawasan dan tuntutan
tanggung jawab secara wajar. Orangtua tidak hanya menuruti keinginan anak
semata, tetapi sekaligus mengajarkan kebutuhan-kebutuhan yang penting bagi
anak.
Secara umum
orangtua mengkombinasikan kontrol dan dorongan, dimana waktu yang bersamaan
mereka mengawasi perilaku anak dan mendorong untuk memenuhi peraturan yang ada
dalam keluarga dengan mengikuti standar yang diterapkan sehingga anak akan
menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti berkenaan
dengan pola asuh orangtua yang demokratis tersebut melalui lima indra yang
dimiliki. Seorang anak yang mempersepsikan pola asuh orangtuanya secara positif
menurut pengalaman yang diterima anak, maka hal ini cenderung dapat berdampak
positif pula pada kegiatan, sikap dan perilaku anak, pilihan-pilihan anak dan
keputusannya.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan proses terjadinya persepsi terhadap pola asuh
orang tua demokratis berasal dari stimulus yang diterima anak melalui indranya,
stimulus itu berupa perlakuan orang tua yang demokratis terhadap anak yaitu
memberi kebebasan pada anak namun tetap pada batasan-batasan tertentu, tetap
memberi pengawasan dan menuntut tanggung jawab, orang tua tegas namun tetap
hangat. Kemudian stimulus itu diolah dalam otak dengan mendaftar semua
informasi yang sudah dilihat atau didengar. Setelah stimulus yang diterimanya
dan semua informasi telah didaftar maka seseorang akan mengintepretasikannya.
Kemudian hasil dari persepsi itu akan diwujudkan seseorang dalam sikap atau
perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Walgito, B. (2002). Pengantar
Psikologi Umum. Ed. 3. Yogyakarta: Adi
Komentar
Posting Komentar