LANSIA (3) : Perubahan Perkembangan jasmani Lansia
Penuaan terbagi atas penuaan primer
( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer
tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses
penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti
lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat
mempengaruhi proses
penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas
karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras
seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya
kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang
kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok
yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami
perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat
memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau
melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga
terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering
dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di
seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin
banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah
satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal,
lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit,
sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di
bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan
kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit
sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering
dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi
oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf.
Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah
sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan
ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf
membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak
dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat
penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan
otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki
berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita
oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku.
Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan
perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap
diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr.
Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi
gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra
dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga
mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi
kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu
yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran
maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan
alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki
dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah
dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan
merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses
penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga
tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman
pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan
indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga
yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena
penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat membuat mata
menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata
berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi
lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi
kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas.
Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang.
Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di
dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami
oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak
tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih
banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran,
penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera
tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian
respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami
perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun
wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia
merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik
kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1)
postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai
kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai
rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
Komentar
Posting Komentar