TEORI ATRIBUSI (2) : Teori Inferensi Korespondensi Edward Jones and Keith Davis
Atribusi adalah
memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut
Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan
manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik
perilaku orang lain. Apakah disebabkan faktor internal (dari dalam diri orang
tersebut) atau faktor eksternal (orang lain dan lingkungan).
2. Theory
of Correspondent Inference Edward Jones and Keith Davis (Teori Inferensi Korespondensi Edward Jones and
Keith Davis)
Teori ini dikembangkan oleh Jones & Davis (1965) bermula dari asumsi
bahwa seseorang mengobservasi perilaku orang lain dan kemudian menarik
kesimpulan tentang disposisi (ciri-ciri sifat) kepribadian orang yang diamati
tersebut. Dengan kata lain, teori inferensi korespodensi ini menjelaskan
tentang bagaimana kita menarik kesimpulan tentang orang lain melalu observasi
atau pengamatan terhadap orang lain tersebut. Sifat kepribadian tersebut
(disposisi) inipun diasumsikan kehadiran/keberadaannya stabil pada diri orang
itu dan berlaku dari satu situasi ke situasi lainnya
Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan dasar untuk menarik suatu
kesimpulan tentang apakah suatu perbuatan disebabkan oleh sifat kepribadian
ataukah disebabkan oleh tekanan situasi. Jika faktor-faktor berikut ini hadir(
ada) disaat seseorang melakukan perbuatan atau tindakan, maka dapat dipastikan
perbuatan/tindakan tersebut disebabkan karena faktor sifat-sifat kepribadian
(disposisi) orang tersebut.
Tiga faktor yang mencerminkan disposisi seseorang yang menjadi pusat
perhatian saat observasi yaitu :
1.
Non Common
Effect (tindakan yang tidak umum/unik)
Perilaku
yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih mencerminkan atribusi pelaku dari
pada yang hasilnya yang berlaku. umum.
Contoh:
seorang lulusan SMA yang pandai dan dapat diterima di fakultas Kedokteran atau
fakultas Ekonomi, tetapi Ia justru memilih jurusan Ilmu Purbakala, lebih jelas
motivasinya dari pada siswa yang prestasinya rata-rata, tetapi bersikeras masuk
ke fakultas Kedokteran atau ekonomi.
2.
Freely
chosen act ( tindakan atas pilihan sendiri)
Perilaku yang timbul karena kemauan
orang itu sendiri atau orang itu bebas memilih kelakuannya sendiri perlu lebih
diperhatikan dari pada perilaku karena peraturan atau ketentuan atau tata cara
atau perintah orang lain.
Contoh : kasir yang cemberut atau
satpam yang tersenyum lebih mencerminkan keadaan dirinya dari pada kasir yang
harus tersenyum atau satpam yang harus galak, hal tersebut benar-benar mencerminkan atribusinya sendiri
karena mereka mempunyai pilihan sendiri.
3. Low social desirability
(tindakan yang menyimpang kebiasaan)
Perilaku
yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi dari pada perilaku yang umum.
Contoh
:
± seorang
pelayan toko menunjukkan toko lain kepada pelanggannya yang menanyakan barang
yang tidak tersedia di toko tersebut.
± seorang
pria muda yang mencintai wanita setengah baya yang belum menikah.
Komentar
Posting Komentar