PROKRASTINASI (7) : Siklus Prokrastinasi Burka dan Yuen
Seseorang yang melakukan
prokrastinasi dapat terbentuk suatu siklus. Siklus prokrastinasi ini cenderung
terjadi secara berulang. Burka dan Yuen (2008) mengungkapkan siklus
prokrastinasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1)
Keinginan untuk memulai lebih awal
Individu
yang melakukan prokrastinassi pada awalnya memiliki harapan yang tinggi.
Harapan individu tersebut yaitu
mengerjakan pekerjaan pada saat
itu juga, sehinga pekerjaan tersebut dapat
terselesaikan dengan cara yang bijaksana dan
sistematis.
2)
Keinginan untuk segera memulai melakukan
pekerjaan
Individu mulai mengalami cemas dan
tekanan untuk memulai pekerjaan secara rutin, namun pada kenyataanya waktu
untuk memulai lebih awal telah terlewat dan keinginan untuk mengerjakan tugas
diwaktu yang tepat telah hilang. Harapan untuk memulai pekerjaan mulai tumbuh,
namun deadline dari pekerjaan
tersebut masih jauh, sehingga harapan dan keinginan tersebut hanya sebatas
pengingat tanpa adanya kerja nyata yang dilakukan.
3)
Pemikiran tentang konsekuensi dari
penundaan memulai
Individu yang belum juga memulai pekerjan yang
seharusnya dilakukan sementara waktu terus berjalan, maka dalam pemikirannya
akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkian itu ialah:
a)
Keinginan untuk secepatnya memulai mengerjakan karena telah banyak
menyia-nyiakan waktu dengan menunda mengerjakan.
b)
Merasa tertekan dengan adanya tugas
tersebut sehingga memilih melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan untuk
dirinya.
c)
Memikirkan hal lain yang mungkin
dilakukan kecuali tugas tersebut, dengan anggapan bahwa meskipun tugas tersebut
belum dimulai namun pekerjaan lain telah terselesaikan.
d)
Individu
memiliki harapan bahwa orang lain tidak mengetahui bahwa dirinya melakukan prokrastinasi dengan membuat dirinya
terlihat sibuk
dihadapan orang lain.
4)
Keyakinan bahwa masih memiliki cukup
waktu
Perasaan yang dimiliki individu pada tahap ini yaitu
rasa bersalah, malu, namun individu tersebut masih berpegang teguh pada
harapannya bahwa dirinya masih memiliki waktu untuk menyelesaikan tugasnya dan
menunggu terjadinya keajaiban yang mungkin terjadi.
5)
Menyalahkan diri sendiri
Individu merasa putus asa dan menyesal tidak segera
mengerjakan, kemudian perasaan malu, putus asa dan menderita namun masih belum
dapat menggerakkannya untuk bekerja, dan kepercayaan akan keajaiban tidak
terjadi. Kecemasan dan ketakutan muncul secara jelas ketika memikirkan
pekerjaan belum terselesaikan.
6)
Keputusan terakhir
a)
Tidak mengerjakan
Waktu yang sangat terbatas untuk mengerjakan membuat
tugas tidak mungkin diselesaikan sehingga memilih tidak mengerjakan.
b)
Mengerjakan
Keterbatassan waktu membuat individu yang telah melakukan
prokrastinasi tersadar untuk segera mengerjakan tugas tersebut atau akan
kehilangan lebih banyak waktu. Individu
tersebut
lebih memilih tugas terselesaikan meskipun jauh dari sempurna.
7) Keinginan
untuk tidak melakukan prokrastinasi kembali
Pengalaman yang
diperoleh individu setelah melakukan prokrastinasi yaitu pada waktu yang
berikutnya individu tersebut ingin mengerjakan tugas lebih awal, lebih
terstruktur, tetap pada adwal, serta memiliki kontrol terhadap kecemasannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa siklus prokrastinasi meliputi keinginan untuk memulai lebih
awal, keinginan untuk segera memulai melakukan pekerjaan, pemikiran tentang
konsekuensi dari penundaan memulai, keyakinan bahwa masih memiliki cukup waktu,
menyalahkan diri sendiri, keputusan terakhir memilih mengerjakan atau tidak
mengerjakan, dan keinginan untuk tidak melakukan prokrastinasi kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Burka, J. B., & Yuen, L. M. (2008). Procrastination:
Why You Do It, What to Do About It NOW. Cambridge: Da Capo Press.
Komentar
Posting Komentar